24 September 2010

Fenomena Alam Q

Sebelum muncul pemikiran heliosentris dari Copernicus, gereja mengadopsi pemikiran Geosentris dari Ptolomeus, yang menganggap bumi sebagai pusat peredaran benda langit. Setelah pengembangan dan penjelajahan lewat teleskop dan segala perangkat observasi astronomi yang lebih canggih maka kita kagumi bahwa tata surya kita dengan matahari sebagai pusat revolusinya hanyalah satu dari 100 milyar sistem tata surya serupa!
Bahkan Galaxy Bima Sakti tempat tata surya kita hanyalah serupa piring super mungil yang mengapung di gelap gulita angkasa raya. Bagaimanakah juga bumi, tempat kita berdomisili dibandingkan dengan semesta alam itu, perumpamaan bagaikan sebutir pasir dibanding seluruh gurun, atau bagaikan setetes air yang menempel dijemari saat kita mencelupkannya di laut dibandingkan seluruh samudera itu sendiri, perumpamaan ini belumlah mencukupi.
Teleskop yang lebih canggih dengan daya tangkap lebih kuat dan lebih jauh ditambah dengan perhitungan-perhitungan fisika astronomi menyajikan kepada kita gambaran semesta yang maha raksasa ini. Sebesar apakah sebenarnya raksasa alam semesta kita ini? Mari kita bandingkan dengan bumi, diameter bumi hanya kira-kira 12.500 km! Bandingkan dengan pulau Java yang membentang sepanjang hanya 1000 km. Dengan pesawat kecil saja bisa ditempuh kurang dari 2 jam dari ujung ke ujung. Diameter bumi kita hanya 12.5 kali panjang pulau Java! Bila seberkas sinar harus melintasi jarak sepanjang diameter itu, hanya diperlukan waktu kira-kira seperdua puluh lima detik, jadi satu detik sinar dapat melintasi diameter bumi sebanyak 25 kali, sebab kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik.

BiologY....

Hubungan antara Vitamin C dan flu
Banyak diantara kita yang ketika kita terserang flu segera berfikir untuk meminum jus jeruk atau suplemen vitamin C. Tetapi apakah cara tersebut memang efektif untuk menyembuhkan flu?
Buah jeruk, grapefruits dan makanan lainnya yang mengandung vitamin C memang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tetapi setelah berbagai penelitian dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa vitamin C hanya memiliki sedikit efek untuk menyembuhkan ataupun mencegah penyakit flu.
Penelitian terbaru mengenai vitamin C, yang dipublikasi sekitar awal tahun ini dalam Cochrane Database of Systematic Reviews, mengevaluasi berbagai penelitian mengenai vitamin C yang telah selama beberapa dekade terakhir, yang melibatkan 11.000 subjek yang mengkonsumsi 200 mg atau lebih vitamin C setiap harinya. (Batas konsumsi vitamin C yang direkomendasikan oleh pemerintah Amerika adalah 60 mg per hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin C hanya sedikit berpengaruh untuk mengurangi atau mengobati sakit flu pada sebagian besar populasi. Tetapi bagaimanapun, hasil penelitian terhadap sebagian besar kelompok orang yang sering mengalami stress fisik (seperti atlet maraton, anggota militer dsb) menunjukkan bahwa vitamin C dapat menurunkan resiko mereka untuk terjangkit penyakit flu. Jika para atlet tersebut menkonsumsi vitamin C sesuai dosis yang dianjurkan setiap hari, maka kemungkinan mereka untuk terjangkit penyakit flu akan berkurang 50%.
Untuk orang-orang normal seperti kita, bagaimanapun juga meminum jus jeruk tidak akan terlalu banyak berpengaruh untuk mencegah penyakit flu. Seperti dikatakan Robert Douglas (Presiden The Public Health Association di Australia), “Jutaan orang yang mengkonsumsi vitamin C dengan dosis tinggi dengan asumsi bahwa akan mencegah penyakit flu sebenarnya tidak memiliki landasan yang kuat”.

Alam SuDah Tua???

Banyak cara yang berbeda satu sama lain digunakan untuk menjelaskan berapa umur semesta, dan walaupun berbagai metodologi itu dilakukan secara terpisah, tetapi memberikan gambaran yang berkesesuaian satu sama lain untuk menjelaskan umur semesta ini secara obyektif. Demikian dibawah ini akan diperkenalkan beberapa jalinan metode tersebut.

Model alam semesta setelah ledakan besar. Kredit : NASA/WMAP Science Team

Lubang HiTam Berhenti TumBuh?

Alam semesta memang masih menyimpan banyak misteri. Ada sebagian yang telah terungkap namun sebagian besar masih membangun keingintahuan. Namun beberapa waktu lalu para peneliti dari Universitas Yale berhasil menemukan lubang hitam masif yang tampaknya menjadi batas teratas besarnya sebuah lubang hitam.

Lubang hitam ultra masif mengintip dari pusat galaksi salah satu galaksi cluster terbesar. Kredit gambar : NASA

PenemUan Bayi QUASAR

    Sebuah grup internasional berhasil menemukan suatu morfologi tak terduga dalam quasar radio jauh. Penemuan ini bisa terjadi setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan jaringan teleskop radio yang dikenal dengan nama VLBI Network.
Quasar atau QUASi-stellAR radio source merupakan objek yang sangat terang dan inti galaksi aktif. Ia juga merupakan mesin paling kuat yang ada di alam semesta. Diamati dengan teleskop radio, quasar tampak seperti bintang namun mereka berada jauh dari Bumi. Karena kekuatannya inilah, cahaya quasar bisa dilihat oleh teleskop modern dari jarak yang bahkan sebanding dengan ukuran alam semesta. Observasi pada quasar yang baru tersebut dlakukan tidak hanya oleh 1 teleskop radio melainkan 10 teleskop radio di Eropa ( termasuk Westerbork Synthesis Radio Telescope di Belanda ), Cina, dan Afrika Selatan. Keseluruhan teleskop itu melakukan pengamatan pada frekuensi 1.6 GHz (panjang gelombangnya 18 cm).

Citra quasar J1427+3312 yang diambil 1,6 GHz VLBI pada frekuensi 1,6 GHz. Kredit gambar : JIVE
Quasar yang bernama J1427+3312 seperti terlihat pada gambar menunjukan keberadaan morfologi ganda dan komponennya itu terpisah pada jarak 480 tahun cahaya. Model dengan morfologi ganda yang dikombinasikan dengan spektrum radio yang sangat banyak merupakan sesuatu yang mencirikan sumber radio yang masih muda. Yang membuat qusar ini menarik adalah, ia terletak pada jarak yang sangat jauh. Sangat jauh dari Bimasakti sehingga waktu yang diperlukan cahaya yang dipancarkannya untuk mencapai kita mencapai lebih dari 90% usia alam semesta. Dengan kata lain cahaya yang saat ini kita lihat adalah cahaya di saat usia alam semesta baru 10% dari usianya saat ini.
Berada pada jarak yag sangat jauh, quasar J1427+3312 berada cukup dekat dengan tepi dalam Epoch of Reionisation (EoR) – “masa kegelapan” kosmologi. EoR ini di dalam alam semesta bertanggung jawab atas penampakan dan komposisi alam semesta yang kita huni, termasuk jenis galaksi, bintang, maupun planet yang ada di dalamnya.
Menurut Leonid Gurvits, astronom senior dari Joint Institute for VLBI in Europe (JIVE, Dwingeloo, Belanda), “quasar J1427+3312 merupakan mercusuar sakti yang berada di tempat dimana kita ingin menyinari daerah sekelilingnya untuk mencari sesuatu yang sangat penting. Dan suatu hari nanti dengan teleskop radio yang baru, kita akan dapat menggunakan mercusuar ini sebagai alat dalam pencarian tanda – tanda EoR”
Jika dianalogikan dengan sejarah, maka penemuan quasar J1427+3312 si mercusuar astronomi di tempat tak terduga yang usianya relatif masih muda pada epoch awal kosmologi sama saja dengan menemukan salah satu dari 7 keajaiban dunia, yakni mercusuar Alexandria.
Sumber : JIVE